Pages

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Welcome My Site

Blog jadilah cahayanya ini.. Mempunyai tagline: Pergilah gulita Hadirlah cahaya. Semoga hadirnya blog ini dapat memberikan manfaat kebaikan ibarat sebuah lebah kecil yang senantiasa memberikan manfaat kebaikan bagi sekitarnya

image01

Love, Love, And Love

Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat

image01

Be Action!

Satu-satunya yang mampu membuat manusia berhasil dalam mencapai tujuan hidupnya adalah Jangan mengatakannya ! Tetapi Lakukanlah!

image01

Mari Menulis

Ikatlah Ilmu dengan menuliskannya - Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. -

image01

24 Desember 2013

Suci dalam Debu (Tayamum) Versi Islam

Islam bagai air yang jernih
Di bumi yang penuh berdebu
Menyirami sanubari insan
Tuk setiap umat manusia
...... 2x
Sepanjang masa

Islam kan Jaya selamanya
Walau di tantang massa
Namun tak semua punya daya
Menentang murka

Suatu hari nanti Islam kan bercahaya
Menyinari dunia, Makhluk dan seisinya
Disitu kan terlihat
Kebenaran terungkap
Qur'an jadi pedoman
Sunnah jadi Acuan

Bukan Khayalan yang Allah janjikan
Namun kemenangan yang nyata


Check disini : http://www.youtube.com/watch?v=HWJppGtAjNg

10 April 2013


Lama tak tengok blog ini. Berdebu. Huff.. Xixixixi...
Keep Spirit! Keep Spirit for me and for everybody :)

Life is Short, Don't Hesitate

I need almighty God, we need almighty God.

10 Desember 2012

POLIGAMI?

Kucuran air hujan turun dari langit. Di dalam ruangan besar toko buku, aku melihat itu dari jendela kaca besar lantai dua. Jalanan yang setengah jam lalu masih menampakkan mentari terik, kini tertutup awan gelap. Mengeluarkan barisan air langit. Deras. Membuat jalan tampak basah. Orang - orang terlihat sibuk sedemikian rupa. Pedagang kali lima buru - buru menutup dagangannya dengan plastik besar. Pengendara motor berhenti cepat - cepat di bawah jembatan penyebrangan. Berteduh. Mengeluarkan jaket anti air. Ada yang menancapkan gasnya menerobos barisan derasnya hujan, ada pula yang menunggu sampai hujan reda. Para pejalan kaki banyak yang berteduh di halte,  di bawah jembatan penyebrangan. Pejalan kaki yang membawa payung. Mengembangkan payung bermacam - macam warna di bawah tetesan hujan. Tapi yang tidak membawa payung pun, empat lima anak mengulurkan jasa. Ojek payung dadakan. Memang akhir - akhir ini hujan menguyur Jakarta. Bukan hanya Ibukota tapi seluruh nusantara. Dalam situasi dimana ada orang lain yang mengumpat tentang hujan. Hatiku berucap untung. Untung sudah sampai disini. Di toko buku ini, yang sejuk tanpa kebasahan.  Kalau tidak, nasibku tak ubahnya seperti para pengendara sepeda motor itu. Semenit kemudian, pandanganku kali ini mengarah ke rak - rak buku. Ke tujuanku semula. kenapa berada disini? Apalagi kalau bukan membeli sejumlah buku yang ingin kubaca akhir pekan ini. 

Mulailah pencarianku: mencari - cari buku yang hendak kubeli. Saat buku karangan Steven Covey sudah ku dapat. Sepasang mata ini tak sengaja menoleh ke arah kursi pembaca yang memang disediakan oleh toko buku tersebut. Dari deretan kursi itu telihat sesosok wanita yang ku kenal setahun silam. Apa aku tidak salah lihat? Aku mendapatkan untung yang kedua. Gadis berwajah teduh itu. Duduk takdzim sambil membaca. Mengenakan hijau toska yang menutupi seluruh permukaan tubuhnya dengan di balut pashmina putih yang membungkus rambutnya. Tak disangka. Aku bertemunya kembali.

Kenanganku melesat saat setahun silam aku dan ia bertemu. Bukan di toko buku ini. Tapi di kantor tempat aku bekerja dan Camelia, magang di tempat itu. Ya, nama wanita itu Camelia. Terhitung hanya tiga bulan kurang ia menimba ilmu di perusahaan itu. Pertemuanku dengannya begitu singkat. Namun dalam masa singkat itu justru membuat hatiku gelisah tak menentu. Kalau kalian kenal wanita itu, pasti kalian akan suka sosoknya. Wanita baik. Lembut. Enak dijadikan teman ngobrol dan pemberi masukan yang hebat pula. Entah apa aku memang mencintainya. atau menyukainya. Dan tak kupungkiri aku telah membandingkannya dengan wanita yang telah menungguku di rumah. Apakah harus berbagi cinta?

Pernah suatu hari, aku memberanikan diri mengutarakan sesuatu yang selama ini kuragui. Apa salahnya mempunyai cinta lebih dari satu. Hatiku membenarkan. Kejadian itu sampai kapanpun tak pernah bisa ku lupakan.
Dengan maksud mengungkapkan isi hatiku padanya. Aku memintanya menyediakan waktu. Saat jam makan siang kami bertemu. 
Aku melihatnya lamat - lamat. Maju mudur aku meneguhkan hati. Ini kesempatan emas.
"Mau bicara apa Pak?" Tanyanya saat lama aku diam terpaku.
"Kau janji tak akan marah." 
Wajahnya tanda tanya, setelah ku tanyai kedua kali pertanyaan yang sama. Ia mengangguk walau dengan wajah yang masih tanda tanya. Lantas kuceritakan dengan sedikit kegugupan diawal namun lancar di pertengahan dan akhirnya, tentang apa yang akan kuutarakan padanya: Bagaimana secara diam - diam aku mencintainya. Bahwa aku tahu aku salah mencintainya karena aku seorang pria berstatus suami orang. Bahwa aku selama ini entah kenapa tak bahagia dengan Maida, istriku. Percekcokan kami yang sering. Soal anak yang tak kunjung datang hampir dua tahun pernikahan. Bahkan aku tak sengaja mengeluarkan kata itu pada Camelia. bersediakah Poligami padaku. 
Matanya terbelalak. "Kenapa harus dikatakan.... " Lirih suaranya mengucapkan ini. "Tak seharusnya persoalan itu diceritakan , Pak. Masalah keluarga ibarat aurat yang harus ditutupi. Suami menutup aurat istri dan sebaliknya. Istri hendaknya menutup aurat suami.
Wanita yang usianya beda sembilan tahun denganku itu tiba - tiba diam membisu. 
"Maaf Camelia. Aku... Aku hanya berusaha jujur padamu. Kalau kau marah itu hakmu?"
"Aku sudah berjanji tak akan marah Pak, Tapi Bapak sudah aku anggap seperti kakakku sendiri." Ia menghela nafas. "Tak ada yang salah jika kita menyukai seseorang. Poligamipun tidak di larang dalam islam. Muhammad mengajarkan soal itu. Itu sunahnya kan. Bukan umat Muhammad ketika kita tidak menjalankan sunahnya." Aku tersenyum. 
"Soal Poligami, aku tak anti akan hal itu. Hanya saja, di zaman ini mendengar kata poligami seakan menyakitkan kaum wanita modern. Padahal  para pelakunya saja yang salah menafsirkan. Seakan ketika seorang pria memutuskan poligami dalam hidupnya, ia menginginkan istri keduanya yang berusia muda dan cantik pula. Padahal saat Rasulullah dahulu melakukan Poligami. Tidak lebih karena ingin  mengangkat derajat kaum wanita. Banyak istri Rasulullah yang berstatus janda dan berusia tua saat Beliau nikahi. Hanya Bunda Aisyah saja yang masih perawan, itupun supaya membentuk Bunda Aisyah jadi wanita hebat pendamping rasul pada akhirnya. Bukan seperti saat ini. Dasarnya mungkin tepat Poligami tapi apakah niatnya sudah benar untuk mengikuti sunah rasul, atau hanya menghalalkan nafsu atas nama Poligami" Aku tertegun.
"Pak, maaf kalau saya lancang menyarankan sesuatu. Cintailah apa yang Bapak miliki sekarang. Komunikasikan semuanya dengan baik. Istri bapak. Siapa namanya? Bu Maida adalah wanita berharga dalam hidup bapak. Yang Bapak pilih dan menambatkan hatinya ke ikatan suci perkawinan. Semoga kelak dari Bu Maida akan lahir anak - anak yang menjadi harapan keluarga. Salam ya."
"Amin. Semoga Allah memberikan seorang pendamping yang setia untukmu" Aku menunduk lemas.
"Insyaallah Pak. Terima kasih doanya. Saya harus kembali bekerja." Ia pamit. Aku memikirkan lamat - lamat kata - katanya soal Poligami barusan.

Kini setahun sudah aku bertemu lagi dengannya. Aku menghampiri deretan kursi yang ia duduki. Ku kira sudah tidak ada lagi rasa setahun silam itu. Sejak saat aku berbincang pada Camelia. Aku meresapi kata - katanya. Ya, ia benar. Yang aku lupa adalah mencintai apa yang aku miliki saat ini. Istriku. Aku terlalu melihat keluar lalu membandingkan ia dengan wanita ini dan itu. Yang ku lihat, Maida dengan segala kekurangannya. Sementara, Wanita itu dengan segala Kelebihannya. Aku meresapi kata - kata Camelia. Aku belajar mencintai milikku. Wanita yang jadi istriku saat ini, Maida. Sekarang aku merasa lebih bahagia.

Camelia kini melihatku. Mataku dan matanya kini beradu. 
"Bapak Deka, Ga nyangka kita bertemu disini. Apa kabar Pak?" itu katanya dengan senyum yang sama manisnya saat pertama kali bertemu. Aku duduk di samping kursinya yang masih kosong.
Aku tersenyum. Sedikit canggung. "Baik. lama tak bertemu ya. " Jawabku singkat. "lagi baca buku apa?"
Ia memperlihatkan sampul depan judul buku yang ia baca.
"Apa kabar istri, Pak?" 
"Baik, Camelia. Kau tahu? Sekarang kami sudah dianugerahi seorang putra lima bulan yang lalu."
Tergurat gembira dalam raut wajahnya. Seraya mengucapkan selamat dengan tulus.
Kini aku balik bertanya "Kau sudah menikah?"
"Terima kasih doanya waktu itu. Ini hasilnya. Ikatan suci yang harus dijaga dengan setia ya, Pak." Senyumnya kembali merekah, memperlihatkan selingkar cincin di jari manisnya. 


***
Malam itu Maida dan aku menatap lamat - lamat bayi mungil kami: Arya yang baru semenit lalu terlelap dalam tempat tidurnya.
"Mas seandainya Arya, tidak ada dalam pernikahan kita di tiga tahun ini. Apa Mas berniat Poligami?"
Pertanyaannya membuat hatiku kebas. Telunjukku seketika mendekat ke bibirnya yang merekah. Lantas meraih tubuhnya dan Mendekap erat istriku. "I love u, Maida" Hanya itu lirihku. 

27 November 2012

Interview with MT Part 1 - 3 (Sumber: Page Mario Teguh)

Interview with MT
AWAL CERITA MENJADI MOTIVATOR
PART ONE

Pak Mario, apakah Pak Mario melihat diri Anda sendiri pandai?

Tidak. Saya tidak pernah merasa pandai.

Apakah Pak Mario pernah juara kelas?

Tidak. Tapi pernah juara 3 waktu masih SD, tidak jelas pada kelas berapa.

Nilai Anda selalu tinggi?

Tidak. Di kelas 2 SMP III Malang, saya pernah dapat nilai merah, untuk 5 mata pelajaran. Di SMA, saya lulus dengan IPK kalau tidak salah rata-rata 3.56. Tapi itu bukan karena saya pandai, mungkin karena saya disayangi para guru. Habis waktu itu saya agak unyu-unyu. He he ... GeEr mode on.

Di perguruan tinggi bagaimana?

Saya lulus karena doa orang tua, dan mungkin karena wajah saya yang memelas :) Saya menerima beberapa BEASISWA – untuk lulus SMA di Chicago, kemudian dapat diploma untuk satu semester di Sophia University di Tokyo, dapat S1 dari IKIP Malang, dan MBA dari Indiana University di Amerika. Semua sekolah di luar negeri itu saya dapatkan dari mengikuti dan menang kontes untuk BEASISWA bagi siswa asing.

Berarti orang tua Anda kaya?

Lho? Itu semua dari BEASISWA yang saya menangkan dari mengikuti kontes internasional. Keluarga kami sangat bersahaja. Saya anak pertama dari seorang pensiunan Kapten dari Angkatan Darat dari Kodam Brawijaya - Jawa Timur, yang membiayai ke 5 anak-anaknya.

Banyak dari kami mengira Pak Mario anak orang kaya yang tidak pernah merasakan kemiskinan.

Hmm … apakah Anda tidak melihat sisa-sisa kemiskinan di wajah saya?

He he .. iya, masih kelihatan.
Tapi, apakah kemiskinan menyiksa Anda?

Pada saat saya masih kecil, saya tidak mengerti apa itu kemiskinan. Tapi menjelang remaja, saya sudah mulai merasakan batasan-batasan yang menghadang keinginan seorang remaja untuk sarana dan pembiayaan pendidikan atau gaya hidup yang sesuai dengan impian dan harapannya.

Apakah ada penyesalan?

Saya tidak menyesali, karena itu sama dengan menyalahkan orang tua saya atas kelemahan kami. Saya hanya marah, entah kepada siapa. Tapi tenaga kemarahan itu saya gunakan untuk belajar, aktif dalam organisasi sekolah dan kampus, mengembangkan hobbi teknik dan ketertarikan saya dalam seni lukis.

Anda pelukis?

Mungkin tidak sepenuhnya, tapi saya membiayai sekolah saya di SMA di Chicago dan MBA di Indiana University di Amerika dengan melukis, menjadi pelayan di restaurant, memotong rumput dan mengecat rumah di sekitar kampus.

Interview with MT
Awal Cerita Menjadi Motivator
PART TWO

Apakah Pak Mario sudah berbisnis sejak muda?

Sebagai penerima beasiswa untuk satu tahun di sebuah SMA di Chicago, saya tidak mungkin menerima uang saku bulanan dari keluarga saya yang bersahaja di Jalan Mergosono Gang 5 di Malang.
Jadi saya harus mencari uang untuk membeli buku dan merasakan kegiatan sosial dari anak-anak remaja di Amerika.

Bagaimana memulainya?

Sore hari, sepulang sekolah saya berjalan ke bagian belakang dari rumah-rumah di sekitar tempat di mana saya dititipkan, karena ibu-ibu sedang menyiapkan makan malam di dapur - yang biasanya berada di bagian belakang rumah.

Apa yang Anda lakukan?

Saya berdiri menengadah, tersenyum selebar mungkin, lalu dengan bahasa Inggris yang masih patah-patah dan suara yang happy tapi melas, saya katakan:
"Hi, my name is Mario. I stay at 21xx New Willow Road, my number is 446-66xx. If you need your toilet, floors, or carpets to be cleaned, please call me."

Langsung diberi pekerjaan?

Tidak. Tapi saya meneruskan perjalanan ke rumah-rumah sekitar kompleks itu. Beberapa hari pertama, tidak ada respon. Tapi saya tetap meneruskan, karena saya tahu keberhasilan membutuhkan kesabaran, karena hadiah dari upaya tidak langsung tersedia di awal upaya.

Terus?

Akhirnya, telepon berbunyi: "Hi, Mario? This is Mrs. Redlich. Would you be so kind to come over and help me with my carpets?"

Anda gembira?

Ooh … Anda tidak tahu rasa gembiranya orang yang upayanya mulai diperhatikan orang lain. Hari itu saya mendapat uang, memang sedikit, tapi maniiiiiis sekali rasanya.

Terus apa yang Anda lakukan?

Saya lupa berapa rumah yang mempekerjakan saya, untuk vacuum karpet, ngepel lantai, membersihkan dan memperbaiki toilet, memotong rumput, merapihkan taman, mengecat kusen dan jendela, membersihkan kandang anjing, memperbaiki pipa bocor, memperbaiki atap yang bocor, atau duduk-duduk manis menemani kakek dan nenek untuk mendengarkan cerita mereka yang sama dan berulang.

Apakah Anda memang bisa melakukan itu semua?

Mana ada orang yang bisa melakukan yang belum pernah dilakukannya? Jadi saya belajar sambil melakukan. Kalau kita menunggu sudah bisa, baru mau melakukan, kapan mulainya?

Anda sangat mandiri sejak muda?

Tidak. Sebetulnya saya sangat manja, penakut, minder, penggembira yang mudah bersedih, pemimpi yang minder, rencananya banyak tapi malas. Tapi kemiskinan mengharuskan kita mandiri, yang sesungguhnya satu-satunya kualitas yang menjadikan kita dihormati di masa dewasa. Kemandirian.

Lalu, bagaimana Anda bangkit dari sifat-sifat yang seperti itu? Apakah sifat-sifat itu sudah sama sekali hilang dari pribadi Mario Teguh? Terus apakah Anda juga sudah mulai mengenal cinta pada masa itu?

Hmm … kita teruskan dalam seri berikutnya ya?

Interview with MT
Awal Cerita Menjadi Motivator
PART THREE
MEMPEKERJAKAN DIRI SENDIRI

Pak Mario berasal dari keluarga yang bersahaja, bagaimana cara membiayai pendidikan yang beragam dan tinggi itu? Apakah Pak Mario berbisnis untuk membiayai pendidikan di perguruan tinggi.

Dalam pengertian umum, mungkin tidak bisa disebut berbisnis. Tapi bagi seorang mahasiswa yang harus mencari uang untuk membiayai kuliah dan kegiatannya, saya MEMPEKERJAKAN DIRI SENDIRI.

Maksudnya?

Bukankah sekarang banyak sekali orang yang menganggur, karena menunggu DIPEKERJAKAN oleh orang lain?

Jadi Pak Mario mempekerjakan diri Anda sendiri?

Betul. Saya mendatangi orang, menceritakan yang bisa saya lakukan untuk membantu mereka berbicara dalam bahasa Inggris dengan lebih baik. Saya menjual jasa sebagai guru les bahasa Inggris.

Apakah Anda sudah menguasai bahasa Inggris saat itu?

Yah, lumayan. Saya mahasiswa IKIP Malang, jurusan Bahasa Inggris, dan lulusan SMA di Chicago - dari beasiswa pertukaran siswa internasional. Sehingga, tata bahasa dan kefasihan bicara sudah lumayan memadai untuk menjadi guru les bahasa Inggris.

Apakah Pak Mario memiliki sekolah atau kelas untuk mengajar?

Tidak. Saya yang harus beredar menemui para murid di rumah-rumah mereka.

Bagaimana caranya?

Saya naik motor saya yang tua itu, dengan jaket untuk menahan udara dingin kota Malang, atau jas hujan di musim hujan.

Suka dukanya apa Pak?

Sukanya, kalau dibayar, walau kecil, karena berarti saya bisa membeli buku yang bagus atau membeli alat-alat untuk hobbi seni dan teknik saya.

Dukanya?

Kalau muridnya malas berlatih, tapi memaksa saya membuatnya langsung bisa bicara dengan lancar. Tapi juga ada bahayanya.

Apa bahayanya?

Kalau saya pakai jas hujan, saya pakai terbalik - dengan kancing di punggung saya, karena bagian belakang jas bisa menutupi dada dengan lebih baik. Tapi, kalau saya jatuh dari motor, orang yang menolong saya bisa mengira kepala saya terputar, lalu memutar kepala saya mengikuti kancing jas hujan di punggung saya.

He he he … memang bisa bahaya ya Pak?
Jadi itu ya konsep MEMPEKERJAKAN DIRI SENDIRI.
Apakah Pak Mario masih mempekerjakan diri sendiri sampai sekarang?

Ya, hanya saya tidak lagi mempekerjakan diri sendiri untuk kepentingan sendiri, tapi juga untuk kebahagiaan sesama.

Saya yakin pasti Pak Mario tidak dibayar semurah dulu. Bagaimana cara meningkatkan harga?

Kita akan bahas cara untuk menaikkan harga pribadi kita dalam interview yang lain ya?
Tapi ini konsepnya:
Jika kita memulai dengan harga yang rendah, dan pelanggan merasa puas dengan layanan kita, kita akan menerima permintaan yang lebih banyak daripada kemampuan kita untuk memenuhinya.

Terus bagaimana?

Kita terpaksa menaikkan harga. Tapi jika kita juga menaikkan kelas kemampuan pelayanan kita, dan pelanggan kita puas, kita akan tetap kebanjiran pesanan.

Terus?

Yah, naikkan harga lagi.

Apa itu tidak sadis?

Bisa dilihat begitu, tapi kita jadinya menyediakan kesempatan kepada trainer atau konsultan muda untuk 'menjual dan melayani' pembeli yang hanya bisa membayar di bawah harga kita.

Pak Mario sudah sering menaikkan harga?

Saya tidak pernah. Tapi Ibu Linna dan Team Management yang menetapkan harga dan jadwal saya berbicara. Jadi mereka yang menetapkan strategi harga pelayanan saya.

Berapa kali Pak Mario berbicara dalam sebulan?

Hanya sekitar 10 hari, karena saya harus menyediakan diri untuk melayani saudara dan sahabat kita yang belum mudah membayar.

Mengapa Pak Mario tidak mencari uang 100%?
Khan sayang ada 20 hari lagi tidak digunakan untuk cari uang.

Cari uang dan cari kebaikan itu beda.
Uang itu jumlahnya bisa sama, tapi rasanya beda.
Kebaikan selalu bernilai lebih besar daripada uang.

Kami menikmati MTGW, MTFB dan pelayan MTSC yang lain dengan cuma-cuma, kami mengambil keuntungan dengan gratis, apakah Pak Mario tidak rugi?

Jika orang lain untung karena yang saya lakukan, bagaimana mungkin saya rugi?

Bagaimana … bagaimana?

Jika Anda saya untungkan, saya tidak mungkin rugi.
Karena keuntungan Anda adalah juga keuntungan saya.

Khoq bisa gitu?

Hadiah pertama bagi yang melakukan kebaikan, adalah kebaikan.
Kebaikan yang Anda lakukan adalah untuk Anda.
Dan keburukan yang dilakukan oleh orang lain, adalah untuknya.

Bagaimana caranya bisa ikhlas?

Ikhlas.

Semudah itu?

Tidak. Ikhlas itu tidak mudah.

Hmm … hidup ini tidak seindah kata-kata.

Salah, maaf ya? Hidup ini lebih indah daripada yang bisa kita katakan.

Hmm … Pak Mario ini makannya apa sih?

Macam-macam, yang pasti bukan kroto.
Tapi, terima kasih atas perhatian baik Anda atas gizi saya.

Terima kasih Pak Mario, apakah Pak Mario bisa ceritakan awal percintaan Pak Mario dengan Ibu Linna?

He he … pasti bisa, tapi kita simpan untuk interview berikutnya ya?

---------------

Adik-adik saya yang baik hatinya, begitu dulu ya?

Jika Anda masih tertarik untuk membaca cerita selanjutnya, pada tahapan usia dan upaya yang lain, bilang ya?

Kita semua berhak berhasil, hanya saja tidak setiap orang cukup kuat mengalahkan rasa malas, rasa minder, dan kesukaan untuk mengeluh.

But you can do it. You guys rock!

Love you,

Mario Teguh

Bapak Mario Teguh Quotes

"Untuk adik-adik yang selalu mengatakan:

NGOMONG ENAK, MELAKSANAKANNYA SUSAH!

Dengar ini ya?

Banyak orang lebih lemah dan tidak cerdas jika dibandingkan dengan kalian, tapi tidak pernah mengeluh dan ikhlas bekerja – dan sudah banyak sekali yang sukses.

Ada apa dengan kalian?

Sudah cerdas, pandai bicara, pede dalam mengkritik dan mencemooh nasib baik orang lain, tapi mengeluhkan kesulitan hidup – yang juga dialami oleh SEMUA orang.

Mengapa kalian tidak malu mengeluh di muka umum?

Apakah itu cara kalian menarik perhatian gadis-gadis cantik yang berimpian besar?

Jangan suka mengeluh gitu ah! Tidak pantas bagi jiwa baik yang dicintai Tuhan sepertimu.

Saya dulu juga sangat miskin, tapi tidak mengeluh dan menyalahkan orang lain, keadaan, kehidupan, dan sama sekali saya tidak menyalahkan Tuhan.

Apa beda kalian dari orang lain?

Kalau yang lemah dan agak tulul – saja – di antara kita bisa, mengapa kalian tidak?

Sudah, jangan buat malu orang tua yang mendoakan kalian sejak sebelum kelahiran.

Jangan sampai orang menantang:

"Kalau bicaramu besar, mana buktinya?"

Mengeluh itu termasuk bicara besar, tapi yang kosong.

Hidup ini tidak mudah. Kita kerja keras yuk?!

Mario Teguh – Loving you all as always

_________________________________________

nterview with MT
JADILAH PENIRU YANG SULIT DITIRU

------------------------

Apakah Om Mario seorang peniru?

Ya, saya peniru yang super.

Tapi sesuper-supernya peniru tetap peniru, khan Om?

Dalam pengertian kulit – memang begitu, tapi meniru itu mengandung pengertian yang tidak sederhana.

Bagaimana itu Om?

Begini, kita semua adalah peniru. Cara kita berdiri dan berjalan adalah contoh perilaku meniru yang lebih awal dalam kehidupan kita. Kemudian kita meniru pengelolaan raut wajah, bersuara dan berbicara, menulis dan segala sesuatu.

Jadi saya juga peniru? Jadi semua orang peniru?

Ya. Ada orang yang meniru yang baik dan menghebatkan dirinya, tapi tidak sedikit orang yang meniru sikap dan perilaku yang hanya memburukkan kehidupannya.

Jadi kalau saya anggun, bijak, kaya dan berpengaruh – itu karena keberhasilan saya meniru?

Ya.

Atau, kalau hidup saya sulit dan tidak disukai oleh orang lain – apakah itu juga karena saya meniru perilaku buruk yang menjadikan hidup saya sulit dan dijauhi oleh orang lain?

Hmm … memang tidak enak didengar, tapi sebaiknya kita terima bahwa itu karena kita belum meniru yang baik.

Terus kalau Om Mario peniru, khoq banyak banget karya Om yang baru dan orisinal khas MT?

Nah, ini penting sekali. Bersabarlah sampai pengertian yang sepenuhnya datang kepada Anda, dan tidak mengira saya sombong karena pernyataan ini.

Gimana itu Om?

Begini. Saya seorang peniru yang giat dan aktif. Saya meniru semua kualitas terbaik dari orang-orang terbaik – yang masih hidup atau yang ada dalam sejarah, saya meniru yang lebih baik jika saya menemukan yang lebih baik. Kemudian saya memikirkan cara-cara untuk menjadi lebih baik dalam melakukan semua yang saya tiru, melatih diri siang dan malam untuk menjadi ahli melakukan semua tiruan dan tambahannya.

Tapi, khan masih peniru Om?

Betul. Tapi akhirnya saya menjadi peniru yang sulit ditiru. Dan saat Anda atau saya sulit ditiru, orang akan mengatakan kita orisinal.

Ooh … jadi tidak ada orang yang betul-betul orisinal ya Om?

Tidak ada. Kita semua adalah peniru yang berusaha menjadikan dirinya peniru yang sulit ditiru. Itu yang menjadikan kita orisinal.

Masoook banget ini Om.

Terima kasih.

Terus, apa untungnya kalau saya sulit ditiru?

Anda akan dihormati, diperlakukan, dan dibayar mahal.

Logikanya?

Begini. Jika Anda mengerjakan yang bisa dikerjakan oleh banyak orang, Anda akan diperlakukan dan dibayar seperti orang kebanyakan?

Roger banget!

Jika Anda mengerjakan yang sulit dikerjakan oleh orang lain, Anda akan dihargai dan dibayar lebih tinggi dari banyak orang.

Terus, terus?

Jika Anda mengerjakan yang tidak mungkin dilakukan oleh siapa pun, bukan saja Anda akan sangat dihormati – tapi Anda diijinkan untuk menetapkan harga Anda sendiri.

Super sekali!

Terus apa yang haru saya lakukan Om, kalau saya mau jadi orang yang dihormati dan bisa menetapkan harganya sendiri – semuda mungkin?

Hmm … bagaimana kalau kita teruskan untuk topik itu di kesempatan berikutnya ya?

Oh, OK Om, kita teruskan nanti ya?

Ya, meanwhile – be good, respect your parents and teachers, be true to your friends, and always be close to God.

Super Om, see you!

See you, stay super!

Mario Teguh – Loving you all as always
__________________________________________________