Interview with MT Part 1 - 3 (Sumber: Page Mario Teguh)
Interview with MT
AWAL CERITA MENJADI MOTIVATOR
PART ONE
Pak Mario, apakah Pak Mario melihat diri Anda sendiri pandai?
Tidak. Saya tidak pernah merasa pandai.
Apakah Pak Mario pernah juara kelas?
Tidak. Tapi pernah juara 3 waktu masih SD, tidak jelas pada kelas berapa.
Nilai Anda selalu tinggi?
Tidak. Di kelas 2 SMP III Malang, saya pernah dapat nilai merah, untuk 5 mata pelajaran. Di SMA, saya lulus dengan IPK kalau tidak salah rata-rata 3.56. Tapi itu bukan karena saya pandai, mungkin karena saya disayangi para guru. Habis waktu itu saya agak unyu-unyu. He he ... GeEr mode on.
Di perguruan tinggi bagaimana?
Saya lulus karena doa orang tua, dan mungkin karena wajah saya yang memelas :) Saya menerima beberapa BEASISWA – untuk lulus SMA di Chicago, kemudian dapat diploma untuk satu semester di Sophia University di Tokyo, dapat S1 dari IKIP Malang, dan MBA dari Indiana University di Amerika. Semua sekolah di luar negeri itu saya dapatkan dari mengikuti dan menang kontes untuk BEASISWA bagi siswa asing.
Berarti orang tua Anda kaya?
Lho? Itu semua dari BEASISWA yang saya menangkan dari mengikuti kontes internasional. Keluarga kami sangat bersahaja. Saya anak pertama dari seorang pensiunan Kapten dari Angkatan Darat dari Kodam Brawijaya - Jawa Timur, yang membiayai ke 5 anak-anaknya.
Banyak dari kami mengira Pak Mario anak orang kaya yang tidak pernah merasakan kemiskinan.
Hmm … apakah Anda tidak melihat sisa-sisa kemiskinan di wajah saya?
He he .. iya, masih kelihatan.
Tapi, apakah kemiskinan menyiksa Anda?
Pada saat saya masih kecil, saya tidak mengerti apa itu kemiskinan. Tapi menjelang remaja, saya sudah mulai merasakan batasan-batasan yang menghadang keinginan seorang remaja untuk sarana dan pembiayaan pendidikan atau gaya hidup yang sesuai dengan impian dan harapannya.
Apakah ada penyesalan?
Saya tidak menyesali, karena itu sama dengan menyalahkan orang tua saya atas kelemahan kami. Saya hanya marah, entah kepada siapa. Tapi tenaga kemarahan itu saya gunakan untuk belajar, aktif dalam organisasi sekolah dan kampus, mengembangkan hobbi teknik dan ketertarikan saya dalam seni lukis.
Anda pelukis?
Mungkin tidak sepenuhnya, tapi saya membiayai sekolah saya di SMA di Chicago dan MBA di Indiana University di Amerika dengan melukis, menjadi pelayan di restaurant, memotong rumput dan mengecat rumah di sekitar kampus.
Interview with MT
Awal Cerita Menjadi Motivator
PART TWO
Apakah Pak Mario sudah berbisnis sejak muda?
Sebagai penerima beasiswa untuk satu tahun di sebuah SMA di Chicago, saya tidak mungkin menerima uang saku bulanan dari keluarga saya yang bersahaja di Jalan Mergosono Gang 5 di Malang.
Jadi saya harus mencari uang untuk membeli buku dan merasakan kegiatan sosial dari anak-anak remaja di Amerika.
Bagaimana memulainya?
Sore hari, sepulang sekolah saya berjalan ke bagian belakang dari rumah-rumah di sekitar tempat di mana saya dititipkan, karena ibu-ibu sedang menyiapkan makan malam di dapur - yang biasanya berada di bagian belakang rumah.
Apa yang Anda lakukan?
Saya berdiri menengadah, tersenyum selebar mungkin, lalu dengan bahasa Inggris yang masih patah-patah dan suara yang happy tapi melas, saya katakan:
"Hi, my name is Mario. I stay at 21xx New Willow Road, my number is 446-66xx. If you need your toilet, floors, or carpets to be cleaned, please call me."
Langsung diberi pekerjaan?
Tidak. Tapi saya meneruskan perjalanan ke rumah-rumah sekitar kompleks itu. Beberapa hari pertama, tidak ada respon. Tapi saya tetap meneruskan, karena saya tahu keberhasilan membutuhkan kesabaran, karena hadiah dari upaya tidak langsung tersedia di awal upaya.
Terus?
Akhirnya, telepon berbunyi: "Hi, Mario? This is Mrs. Redlich. Would you be so kind to come over and help me with my carpets?"
Anda gembira?
Ooh … Anda tidak tahu rasa gembiranya orang yang upayanya mulai diperhatikan orang lain. Hari itu saya mendapat uang, memang sedikit, tapi maniiiiiis sekali rasanya.
Terus apa yang Anda lakukan?
Saya lupa berapa rumah yang mempekerjakan saya, untuk vacuum karpet, ngepel lantai, membersihkan dan memperbaiki toilet, memotong rumput, merapihkan taman, mengecat kusen dan jendela, membersihkan kandang anjing, memperbaiki pipa bocor, memperbaiki atap yang bocor, atau duduk-duduk manis menemani kakek dan nenek untuk mendengarkan cerita mereka yang sama dan berulang.
Apakah Anda memang bisa melakukan itu semua?
Mana ada orang yang bisa melakukan yang belum pernah dilakukannya? Jadi saya belajar sambil melakukan. Kalau kita menunggu sudah bisa, baru mau melakukan, kapan mulainya?
Anda sangat mandiri sejak muda?
Tidak. Sebetulnya saya sangat manja, penakut, minder, penggembira yang mudah bersedih, pemimpi yang minder, rencananya banyak tapi malas. Tapi kemiskinan mengharuskan kita mandiri, yang sesungguhnya satu-satunya kualitas yang menjadikan kita dihormati di masa dewasa. Kemandirian.
Lalu, bagaimana Anda bangkit dari sifat-sifat yang seperti itu? Apakah sifat-sifat itu sudah sama sekali hilang dari pribadi Mario Teguh? Terus apakah Anda juga sudah mulai mengenal cinta pada masa itu?
Hmm … kita teruskan dalam seri berikutnya ya?
Interview with MT
Awal Cerita Menjadi Motivator
PART THREE
MEMPEKERJAKAN DIRI SENDIRI
Pak Mario berasal dari keluarga yang bersahaja, bagaimana cara membiayai pendidikan yang beragam dan tinggi itu? Apakah Pak Mario berbisnis untuk membiayai pendidikan di perguruan tinggi.
Dalam pengertian umum, mungkin tidak bisa disebut berbisnis. Tapi bagi seorang mahasiswa yang harus mencari uang untuk membiayai kuliah dan kegiatannya, saya MEMPEKERJAKAN DIRI SENDIRI.
Maksudnya?
Bukankah sekarang banyak sekali orang yang menganggur, karena menunggu DIPEKERJAKAN oleh orang lain?
Jadi Pak Mario mempekerjakan diri Anda sendiri?
Betul. Saya mendatangi orang, menceritakan yang bisa saya lakukan untuk membantu mereka berbicara dalam bahasa Inggris dengan lebih baik. Saya menjual jasa sebagai guru les bahasa Inggris.
Apakah Anda sudah menguasai bahasa Inggris saat itu?
Yah, lumayan. Saya mahasiswa IKIP Malang, jurusan Bahasa Inggris, dan lulusan SMA di Chicago - dari beasiswa pertukaran siswa internasional. Sehingga, tata bahasa dan kefasihan bicara sudah lumayan memadai untuk menjadi guru les bahasa Inggris.
Apakah Pak Mario memiliki sekolah atau kelas untuk mengajar?
Tidak. Saya yang harus beredar menemui para murid di rumah-rumah mereka.
Bagaimana caranya?
Saya naik motor saya yang tua itu, dengan jaket untuk menahan udara dingin kota Malang, atau jas hujan di musim hujan.
Suka dukanya apa Pak?
Sukanya, kalau dibayar, walau kecil, karena berarti saya bisa membeli buku yang bagus atau membeli alat-alat untuk hobbi seni dan teknik saya.
Dukanya?
Kalau muridnya malas berlatih, tapi memaksa saya membuatnya langsung bisa bicara dengan lancar. Tapi juga ada bahayanya.
Apa bahayanya?
Kalau saya pakai jas hujan, saya pakai terbalik - dengan kancing di punggung saya, karena bagian belakang jas bisa menutupi dada dengan lebih baik. Tapi, kalau saya jatuh dari motor, orang yang menolong saya bisa mengira kepala saya terputar, lalu memutar kepala saya mengikuti kancing jas hujan di punggung saya.
He he he … memang bisa bahaya ya Pak?
Jadi itu ya konsep MEMPEKERJAKAN DIRI SENDIRI.
Apakah Pak Mario masih mempekerjakan diri sendiri sampai sekarang?
Ya, hanya saya tidak lagi mempekerjakan diri sendiri untuk kepentingan sendiri, tapi juga untuk kebahagiaan sesama.
Saya yakin pasti Pak Mario tidak dibayar semurah dulu. Bagaimana cara meningkatkan harga?
Kita akan bahas cara untuk menaikkan harga pribadi kita dalam interview yang lain ya?
Tapi ini konsepnya:
Jika kita memulai dengan harga yang rendah, dan pelanggan merasa puas dengan layanan kita, kita akan menerima permintaan yang lebih banyak daripada kemampuan kita untuk memenuhinya.
Terus bagaimana?
Kita terpaksa menaikkan harga. Tapi jika kita juga menaikkan kelas kemampuan pelayanan kita, dan pelanggan kita puas, kita akan tetap kebanjiran pesanan.
Terus?
Yah, naikkan harga lagi.
Apa itu tidak sadis?
Bisa dilihat begitu, tapi kita jadinya menyediakan kesempatan kepada trainer atau konsultan muda untuk 'menjual dan melayani' pembeli yang hanya bisa membayar di bawah harga kita.
Pak Mario sudah sering menaikkan harga?
Saya tidak pernah. Tapi Ibu Linna dan Team Management yang menetapkan harga dan jadwal saya berbicara. Jadi mereka yang menetapkan strategi harga pelayanan saya.
Berapa kali Pak Mario berbicara dalam sebulan?
Hanya sekitar 10 hari, karena saya harus menyediakan diri untuk melayani saudara dan sahabat kita yang belum mudah membayar.
Mengapa Pak Mario tidak mencari uang 100%?
Khan sayang ada 20 hari lagi tidak digunakan untuk cari uang.
Cari uang dan cari kebaikan itu beda.
Uang itu jumlahnya bisa sama, tapi rasanya beda.
Kebaikan selalu bernilai lebih besar daripada uang.
Kami menikmati MTGW, MTFB dan pelayan MTSC yang lain dengan cuma-cuma, kami mengambil keuntungan dengan gratis, apakah Pak Mario tidak rugi?
Jika orang lain untung karena yang saya lakukan, bagaimana mungkin saya rugi?
Bagaimana … bagaimana?
Jika Anda saya untungkan, saya tidak mungkin rugi.
Karena keuntungan Anda adalah juga keuntungan saya.
Khoq bisa gitu?
Hadiah pertama bagi yang melakukan kebaikan, adalah kebaikan.
Kebaikan yang Anda lakukan adalah untuk Anda.
Dan keburukan yang dilakukan oleh orang lain, adalah untuknya.
Bagaimana caranya bisa ikhlas?
Ikhlas.
Semudah itu?
Tidak. Ikhlas itu tidak mudah.
Hmm … hidup ini tidak seindah kata-kata.
Salah, maaf ya? Hidup ini lebih indah daripada yang bisa kita katakan.
Hmm … Pak Mario ini makannya apa sih?
Macam-macam, yang pasti bukan kroto.
Tapi, terima kasih atas perhatian baik Anda atas gizi saya.
Terima kasih Pak Mario, apakah Pak Mario bisa ceritakan awal percintaan Pak Mario dengan Ibu Linna?
He he … pasti bisa, tapi kita simpan untuk interview berikutnya ya?
---------------
Adik-adik saya yang baik hatinya, begitu dulu ya?
Jika Anda masih tertarik untuk membaca cerita selanjutnya, pada tahapan usia dan upaya yang lain, bilang ya?
Kita semua berhak berhasil, hanya saja tidak setiap orang cukup kuat mengalahkan rasa malas, rasa minder, dan kesukaan untuk mengeluh.
But you can do it. You guys rock!
Love you,
Mario Teguh
AWAL CERITA MENJADI MOTIVATOR
PART ONE
Pak Mario, apakah Pak Mario melihat diri Anda sendiri pandai?
Tidak. Saya tidak pernah merasa pandai.
Apakah Pak Mario pernah juara kelas?
Tidak. Tapi pernah juara 3 waktu masih SD, tidak jelas pada kelas berapa.
Nilai Anda selalu tinggi?
Tidak. Di kelas 2 SMP III Malang, saya pernah dapat nilai merah, untuk 5 mata pelajaran. Di SMA, saya lulus dengan IPK kalau tidak salah rata-rata 3.56. Tapi itu bukan karena saya pandai, mungkin karena saya disayangi para guru. Habis waktu itu saya agak unyu-unyu. He he ... GeEr mode on.
Di perguruan tinggi bagaimana?
Saya lulus karena doa orang tua, dan mungkin karena wajah saya yang memelas :) Saya menerima beberapa BEASISWA – untuk lulus SMA di Chicago, kemudian dapat diploma untuk satu semester di Sophia University di Tokyo, dapat S1 dari IKIP Malang, dan MBA dari Indiana University di Amerika. Semua sekolah di luar negeri itu saya dapatkan dari mengikuti dan menang kontes untuk BEASISWA bagi siswa asing.
Berarti orang tua Anda kaya?
Lho? Itu semua dari BEASISWA yang saya menangkan dari mengikuti kontes internasional. Keluarga kami sangat bersahaja. Saya anak pertama dari seorang pensiunan Kapten dari Angkatan Darat dari Kodam Brawijaya - Jawa Timur, yang membiayai ke 5 anak-anaknya.
Banyak dari kami mengira Pak Mario anak orang kaya yang tidak pernah merasakan kemiskinan.
Hmm … apakah Anda tidak melihat sisa-sisa kemiskinan di wajah saya?
He he .. iya, masih kelihatan.
Tapi, apakah kemiskinan menyiksa Anda?
Pada saat saya masih kecil, saya tidak mengerti apa itu kemiskinan. Tapi menjelang remaja, saya sudah mulai merasakan batasan-batasan yang menghadang keinginan seorang remaja untuk sarana dan pembiayaan pendidikan atau gaya hidup yang sesuai dengan impian dan harapannya.
Apakah ada penyesalan?
Saya tidak menyesali, karena itu sama dengan menyalahkan orang tua saya atas kelemahan kami. Saya hanya marah, entah kepada siapa. Tapi tenaga kemarahan itu saya gunakan untuk belajar, aktif dalam organisasi sekolah dan kampus, mengembangkan hobbi teknik dan ketertarikan saya dalam seni lukis.
Anda pelukis?
Mungkin tidak sepenuhnya, tapi saya membiayai sekolah saya di SMA di Chicago dan MBA di Indiana University di Amerika dengan melukis, menjadi pelayan di restaurant, memotong rumput dan mengecat rumah di sekitar kampus.
Interview with MT
Awal Cerita Menjadi Motivator
PART TWO
Apakah Pak Mario sudah berbisnis sejak muda?
Sebagai penerima beasiswa untuk satu tahun di sebuah SMA di Chicago, saya tidak mungkin menerima uang saku bulanan dari keluarga saya yang bersahaja di Jalan Mergosono Gang 5 di Malang.
Jadi saya harus mencari uang untuk membeli buku dan merasakan kegiatan sosial dari anak-anak remaja di Amerika.
Bagaimana memulainya?
Sore hari, sepulang sekolah saya berjalan ke bagian belakang dari rumah-rumah di sekitar tempat di mana saya dititipkan, karena ibu-ibu sedang menyiapkan makan malam di dapur - yang biasanya berada di bagian belakang rumah.
Apa yang Anda lakukan?
Saya berdiri menengadah, tersenyum selebar mungkin, lalu dengan bahasa Inggris yang masih patah-patah dan suara yang happy tapi melas, saya katakan:
"Hi, my name is Mario. I stay at 21xx New Willow Road, my number is 446-66xx. If you need your toilet, floors, or carpets to be cleaned, please call me."
Langsung diberi pekerjaan?
Tidak. Tapi saya meneruskan perjalanan ke rumah-rumah sekitar kompleks itu. Beberapa hari pertama, tidak ada respon. Tapi saya tetap meneruskan, karena saya tahu keberhasilan membutuhkan kesabaran, karena hadiah dari upaya tidak langsung tersedia di awal upaya.
Terus?
Akhirnya, telepon berbunyi: "Hi, Mario? This is Mrs. Redlich. Would you be so kind to come over and help me with my carpets?"
Anda gembira?
Ooh … Anda tidak tahu rasa gembiranya orang yang upayanya mulai diperhatikan orang lain. Hari itu saya mendapat uang, memang sedikit, tapi maniiiiiis sekali rasanya.
Terus apa yang Anda lakukan?
Saya lupa berapa rumah yang mempekerjakan saya, untuk vacuum karpet, ngepel lantai, membersihkan dan memperbaiki toilet, memotong rumput, merapihkan taman, mengecat kusen dan jendela, membersihkan kandang anjing, memperbaiki pipa bocor, memperbaiki atap yang bocor, atau duduk-duduk manis menemani kakek dan nenek untuk mendengarkan cerita mereka yang sama dan berulang.
Apakah Anda memang bisa melakukan itu semua?
Mana ada orang yang bisa melakukan yang belum pernah dilakukannya? Jadi saya belajar sambil melakukan. Kalau kita menunggu sudah bisa, baru mau melakukan, kapan mulainya?
Anda sangat mandiri sejak muda?
Tidak. Sebetulnya saya sangat manja, penakut, minder, penggembira yang mudah bersedih, pemimpi yang minder, rencananya banyak tapi malas. Tapi kemiskinan mengharuskan kita mandiri, yang sesungguhnya satu-satunya kualitas yang menjadikan kita dihormati di masa dewasa. Kemandirian.
Lalu, bagaimana Anda bangkit dari sifat-sifat yang seperti itu? Apakah sifat-sifat itu sudah sama sekali hilang dari pribadi Mario Teguh? Terus apakah Anda juga sudah mulai mengenal cinta pada masa itu?
Hmm … kita teruskan dalam seri berikutnya ya?
Interview with MT
Awal Cerita Menjadi Motivator
PART THREE
MEMPEKERJAKAN DIRI SENDIRI
Pak Mario berasal dari keluarga yang bersahaja, bagaimana cara membiayai pendidikan yang beragam dan tinggi itu? Apakah Pak Mario berbisnis untuk membiayai pendidikan di perguruan tinggi.
Dalam pengertian umum, mungkin tidak bisa disebut berbisnis. Tapi bagi seorang mahasiswa yang harus mencari uang untuk membiayai kuliah dan kegiatannya, saya MEMPEKERJAKAN DIRI SENDIRI.
Maksudnya?
Bukankah sekarang banyak sekali orang yang menganggur, karena menunggu DIPEKERJAKAN oleh orang lain?
Jadi Pak Mario mempekerjakan diri Anda sendiri?
Betul. Saya mendatangi orang, menceritakan yang bisa saya lakukan untuk membantu mereka berbicara dalam bahasa Inggris dengan lebih baik. Saya menjual jasa sebagai guru les bahasa Inggris.
Apakah Anda sudah menguasai bahasa Inggris saat itu?
Yah, lumayan. Saya mahasiswa IKIP Malang, jurusan Bahasa Inggris, dan lulusan SMA di Chicago - dari beasiswa pertukaran siswa internasional. Sehingga, tata bahasa dan kefasihan bicara sudah lumayan memadai untuk menjadi guru les bahasa Inggris.
Apakah Pak Mario memiliki sekolah atau kelas untuk mengajar?
Tidak. Saya yang harus beredar menemui para murid di rumah-rumah mereka.
Bagaimana caranya?
Saya naik motor saya yang tua itu, dengan jaket untuk menahan udara dingin kota Malang, atau jas hujan di musim hujan.
Suka dukanya apa Pak?
Sukanya, kalau dibayar, walau kecil, karena berarti saya bisa membeli buku yang bagus atau membeli alat-alat untuk hobbi seni dan teknik saya.
Dukanya?
Kalau muridnya malas berlatih, tapi memaksa saya membuatnya langsung bisa bicara dengan lancar. Tapi juga ada bahayanya.
Apa bahayanya?
Kalau saya pakai jas hujan, saya pakai terbalik - dengan kancing di punggung saya, karena bagian belakang jas bisa menutupi dada dengan lebih baik. Tapi, kalau saya jatuh dari motor, orang yang menolong saya bisa mengira kepala saya terputar, lalu memutar kepala saya mengikuti kancing jas hujan di punggung saya.
He he he … memang bisa bahaya ya Pak?
Jadi itu ya konsep MEMPEKERJAKAN DIRI SENDIRI.
Apakah Pak Mario masih mempekerjakan diri sendiri sampai sekarang?
Ya, hanya saya tidak lagi mempekerjakan diri sendiri untuk kepentingan sendiri, tapi juga untuk kebahagiaan sesama.
Saya yakin pasti Pak Mario tidak dibayar semurah dulu. Bagaimana cara meningkatkan harga?
Kita akan bahas cara untuk menaikkan harga pribadi kita dalam interview yang lain ya?
Tapi ini konsepnya:
Jika kita memulai dengan harga yang rendah, dan pelanggan merasa puas dengan layanan kita, kita akan menerima permintaan yang lebih banyak daripada kemampuan kita untuk memenuhinya.
Terus bagaimana?
Kita terpaksa menaikkan harga. Tapi jika kita juga menaikkan kelas kemampuan pelayanan kita, dan pelanggan kita puas, kita akan tetap kebanjiran pesanan.
Terus?
Yah, naikkan harga lagi.
Apa itu tidak sadis?
Bisa dilihat begitu, tapi kita jadinya menyediakan kesempatan kepada trainer atau konsultan muda untuk 'menjual dan melayani' pembeli yang hanya bisa membayar di bawah harga kita.
Pak Mario sudah sering menaikkan harga?
Saya tidak pernah. Tapi Ibu Linna dan Team Management yang menetapkan harga dan jadwal saya berbicara. Jadi mereka yang menetapkan strategi harga pelayanan saya.
Berapa kali Pak Mario berbicara dalam sebulan?
Hanya sekitar 10 hari, karena saya harus menyediakan diri untuk melayani saudara dan sahabat kita yang belum mudah membayar.
Mengapa Pak Mario tidak mencari uang 100%?
Khan sayang ada 20 hari lagi tidak digunakan untuk cari uang.
Cari uang dan cari kebaikan itu beda.
Uang itu jumlahnya bisa sama, tapi rasanya beda.
Kebaikan selalu bernilai lebih besar daripada uang.
Kami menikmati MTGW, MTFB dan pelayan MTSC yang lain dengan cuma-cuma, kami mengambil keuntungan dengan gratis, apakah Pak Mario tidak rugi?
Jika orang lain untung karena yang saya lakukan, bagaimana mungkin saya rugi?
Bagaimana … bagaimana?
Jika Anda saya untungkan, saya tidak mungkin rugi.
Karena keuntungan Anda adalah juga keuntungan saya.
Khoq bisa gitu?
Hadiah pertama bagi yang melakukan kebaikan, adalah kebaikan.
Kebaikan yang Anda lakukan adalah untuk Anda.
Dan keburukan yang dilakukan oleh orang lain, adalah untuknya.
Bagaimana caranya bisa ikhlas?
Ikhlas.
Semudah itu?
Tidak. Ikhlas itu tidak mudah.
Hmm … hidup ini tidak seindah kata-kata.
Salah, maaf ya? Hidup ini lebih indah daripada yang bisa kita katakan.
Hmm … Pak Mario ini makannya apa sih?
Macam-macam, yang pasti bukan kroto.
Tapi, terima kasih atas perhatian baik Anda atas gizi saya.
Terima kasih Pak Mario, apakah Pak Mario bisa ceritakan awal percintaan Pak Mario dengan Ibu Linna?
He he … pasti bisa, tapi kita simpan untuk interview berikutnya ya?
---------------
Adik-adik saya yang baik hatinya, begitu dulu ya?
Jika Anda masih tertarik untuk membaca cerita selanjutnya, pada tahapan usia dan upaya yang lain, bilang ya?
Kita semua berhak berhasil, hanya saja tidak setiap orang cukup kuat mengalahkan rasa malas, rasa minder, dan kesukaan untuk mengeluh.
But you can do it. You guys rock!
Love you,
Mario Teguh