Pages

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

16 Februari 2011

Langit

"

Hei.. Kenapa kau suka memandang langit. Apa menariknya.
katanya pada saat kami berdiri di atas lantai dua. Ia menatapku lantas sesekali memandang langit yang begitu terlihat rahasia baginya.
Kenapa memangnya, kataku datar.
tidak, mau tahu saja. Sebenarnya ada apa... bukankah langit nampak biasa.
"kau mau tahu kenapa.. " kataku sambil tersenyum
matanya menyimak dengan baik beradu pandang padaku.

"Kau tahu". Aku menghela nafas, menatap mantap langit yang biru lantas ku lempar pandang ke arah matanya, matanya berwarna cokelat dengan seksama menatapku penuh tanya. "aku suka pada langitNya, ia terlihat sederhana, lihatnya ia begitu lapang namun tetap saja ia terlihat sederhana. Aku juga kagum pada langitNya, langitNya begitu perhatian, tak alpa melihat pada bumi, tirai hujan membuat bumi menjadi segar. Apa kau lihat bagaimana tanaman tampak berseri dan hijau saat bermandikan limpahan hujanNya. begitu juga kejujurannya, ia akan menampakkan langit membiru saat ia senang, pula ia akan menampakkan langit menghitam kala wajah muramnya terlihat, Jika ia sedih.. ia akan menampakkan luruhan air - air langit.
ia tak pernah berjanji pelangi akan berkibar dilangit entah dengan kejelasan warna atau samar. Tetapi ia membuktikan bahwa hujan tak selamanya mengalir, redanya pun akan tercipta.

Aku menatap lagi ke dalam matanya
"Aku juga suka menatap langit dikala aku tak kuat menahan tangis. Perih.. Tak mau ku perlihatkan pada dunia."

Ia menyernitkan keningnya, heran terlihat di wajahnya. baru setelah beberapa detik kemudian wajahnya tersenyum. lantas aku pergi meninggalkannya sendiri. Sendiri di balkon lantai dua selepas aku membalas senyum. Ia pun masih asyik menatap ke arah langit."


Hei.. Kenapa kau suka memandang langit. Apa menariknya.
katanya pada saat kami berdiri di atas lantai dua. Ia menatapku lantas sesekali memandang langit yang begitu terlihat rahasia baginya.
Kenapa memangnya, kataku datar.
tidak, mau tahu saja. Sebenarnya ada apa... bukankah langit nampak biasa.
"kau mau tahu kenapa.. " kataku sambil tersenyum
matanya menyimak dengan baik beradu pandang padaku.

"Kau tahu". Aku menghela nafas, menatap mantap langit yang biru lantas ku lempar pandang ke arah matanya, matanya berwarna cokelat dengan seksama menatapku penuh tanya. "aku suka pada langitNya, ia terlihat sederhana, lihatnya ia begitu lapang namun tetap saja ia terlihat sederhana. Aku juga kagum pada langitNya, langitNya begitu perhatian, tak alpa melihat pada bumi, tirai hujan membuat bumi menjadi segar. Apa kau lihat bagaimana tanaman tampak berseri dan hijau saat bermandikan limpahan hujanNya. begitu juga kejujurannya, ia akan menampakkan langit membiru saat ia senang, pula ia akan menampakkan langit menghitam kala wajah muramnya terlihat, Jika ia sedih.. ia akan menampakkan luruhan air - air langit.
ia tak pernah berjanji pelangi akan berkibar dilangit entah dengan kejelasan warna atau samar. Tetapi ia membuktikan bahwa hujan tak selamanya mengalir, redanya pun akan tercipta.

Aku menatap lagi ke dalam matanya
"Aku juga suka menatap langit dikala aku tak kuat menahan tangis. Perih.. Tak mau ku perlihatkan pada dunia."

Ia menyernitkan keningnya, heran terlihat di wajahnya. baru setelah beberapa detik kemudian wajahnya tersenyum. lantas aku pergi meninggalkannya sendiri. Sendiri di balkon lantai dua selepas aku membalas senyum. Ia pun masih asyik menatap ke arah langit.

0 komentar: