Pages

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

18 April 2012

Menulis itu ...... ?

"
Menulis itu....... ya menulis. That it's. 
Menulis itu sebulir ide + segram kertas + 1 pena, atau 1 notebook di tambah  segenggam ide. Sudah!

Bagiku menulis ibarat kau sedang berada di sebuah gelanggang olahraga. Kau melihat banyak sekali olahraga disana. Lalu kau melihat kolam renang yang airnya sejuk, yang warnanya biru, yang begitu luas, dan kau ingin  sekali berada di dalamnya, bersama orang - orang di sana. Kau melihat orang senang bermain di sana. Lihat! ada yang mahir sekali dan ada yang berenang dengan menggunakan ban, tapi ada juga hanya memainkan kakinya di pinggiran kolam. terdengar bunyinya, kecipak kecipuk. Ya, Kau ingin sekali berenang, bukan hanya melihat. Tapi dalam hati kau. Kau menyeru, "Ah bagaimana mungkin, aku tidak bisa berenang. Aku tak lancar". Lantas kala kau melihat anak kecil yang berenang begitu menarik, kau memandang lebih positif -- mereka bisa, jelas aku akan bisa kalau belajar juga--. Kau mendekati kolam itu. Hanya mendekat, memainkan jemarimu ke dalam kolam. Merasaan airnya. Setelah itu, ingin sekali merasakan tubuhmu basah di timpa air kolam. Menceburkan diri ke dalam. Tapi masih tak berani. Ada yang bilang padamu, entah darimana datangnya, sekelilingmu atau hatimu-- Bagaimana mungkin kau bisa berenang, kalau kau tak mencobanya?". Ya, kalau mau bisa berenang, kenapa tidak belajar berenang. Mungkin awalnya, menjadikan air sebagai sahabat. Menceburkan dahulu badan di tepian kolam cetek. Atau meminta seseorang yang sudah mahir tuk mengajari--ini lebih baik. Atau jika kau mau belajar sendiri, jadikan air, sahabat. Lantas ketika sudah menikmati barulah berenang sesuka hati dengan semua gaya, entah itu gaya katak, gaya punggung, atau gaya kupu - kupu. Asal jangan gaya batu. Setelah merasakannya, setelah lancar barulah kau pilih gayamu sendiri, Nikmatilah berenang dengan pilihan gayamu. Bahkan silahkan saja kau mencoba melihat ke bawah samudera. Kalau kau sudah pegang ilmunya. Kuncinya. 
--Itulah menulis. Sama seperti belajar berenang. Tak ada yang instan. Butuh proses. Penuh Perjuangan. Asal Latihan. Latihan. Latihan. Juga Doa minta Ilham. 

Soal menulis. Apalagi ruang kini begitu bebas. Mungkin dulu kau hanya sekedar menulis pada kertas. Menulis pada pasir. Menulis pada bebatuan. --Apa ia--. Tulisan yang kau simpan hanya ada di data pribadimu. Atau kau sekedar menulis diary. Tapi kini, kau bisa saja menulis dalam blog pribadi, jejaring sosial yang bisa di baca siapapun -- Bahkan penerbit sekalipun--

Aku tak ahli dalam bermain kata. Atau aku tak bisa memprovokasi anda supaya tulisan - tulisanku dapat di baca. Dalam menulis, aku hanya mengikuti kata hati, Menumpahkan ide yang datang begitu saja seperti ada adegan film dalam otakku yang siap untuk di nyatakan dalam cerita. Aku yakin ini alamiah dariNya. Yang paling penting, kau tahu? Aku mau setiap kata yang tertumpah untuk tulisanku membuat itu berarti. Mungkin untukmu. Tapi lebih kepada untuk mengingatkanku. Agar bisa menjadi bukti-- catatan sejarah -- pertanggungjawabanku padaNya. 

Kau tahu? itulah kenapa pada akhirnya aku melekatkan hati disini. Di dunia literasi. 

--------------
Dari menulis itu...... aku mau terus bertumbuh 
"
Menulis itu....... ya menulis. That it's. 
Menulis itu sebulir ide + segram kertas + 1 pena, atau 1 notebook di tambah  segenggam ide. Sudah!

Bagiku menulis ibarat kau sedang berada di sebuah gelanggang olahraga. Kau melihat banyak sekali olahraga disana. Lalu kau melihat kolam renang yang airnya sejuk, yang warnanya biru, yang begitu luas, dan kau ingin  sekali berada di dalamnya, bersama orang - orang di sana. Kau melihat orang senang bermain di sana. Lihat! ada yang mahir sekali dan ada yang berenang dengan menggunakan ban, tapi ada juga hanya memainkan kakinya di pinggiran kolam. terdengar bunyinya, kecipak kecipuk. Ya, Kau ingin sekali berenang, bukan hanya melihat. Tapi dalam hati kau. Kau menyeru, "Ah bagaimana mungkin, aku tidak bisa berenang. Aku tak lancar". Lantas kala kau melihat anak kecil yang berenang begitu menarik, kau memandang lebih positif -- mereka bisa, jelas aku akan bisa kalau belajar juga--. Kau mendekati kolam itu. Hanya mendekat, memainkan jemarimu ke dalam kolam. Merasaan airnya. Setelah itu, ingin sekali merasakan tubuhmu basah di timpa air kolam. Menceburkan diri ke dalam. Tapi masih tak berani. Ada yang bilang padamu, entah darimana datangnya, sekelilingmu atau hatimu-- Bagaimana mungkin kau bisa berenang, kalau kau tak mencobanya?". Ya, kalau mau bisa berenang, kenapa tidak belajar berenang. Mungkin awalnya, menjadikan air sebagai sahabat. Menceburkan dahulu badan di tepian kolam cetek. Atau meminta seseorang yang sudah mahir tuk mengajari--ini lebih baik. Atau jika kau mau belajar sendiri, jadikan air, sahabat. Lantas ketika sudah menikmati barulah berenang sesuka hati dengan semua gaya, entah itu gaya katak, gaya punggung, atau gaya kupu - kupu. Asal jangan gaya batu. Setelah merasakannya, setelah lancar barulah kau pilih gayamu sendiri, Nikmatilah berenang dengan pilihan gayamu. Bahkan silahkan saja kau mencoba melihat ke bawah samudera. Kalau kau sudah pegang ilmunya. Kuncinya. 
--Itulah menulis. Sama seperti belajar berenang. Tak ada yang instan. Butuh proses. Penuh Perjuangan. Asal Latihan. Latihan. Latihan. Juga Doa minta Ilham. 

Soal menulis. Apalagi ruang kini begitu bebas. Mungkin dulu kau hanya sekedar menulis pada kertas. Menulis pada pasir. Menulis pada bebatuan. --Apa ia--. Tulisan yang kau simpan hanya ada di data pribadimu. Atau kau sekedar menulis diary. Tapi kini, kau bisa saja menulis dalam blog pribadi, jejaring sosial yang bisa di baca siapapun -- Bahkan penerbit sekalipun--

Aku tak ahli dalam bermain kata. Atau aku tak bisa memprovokasi anda supaya tulisan - tulisanku dapat di baca. Dalam menulis, aku hanya mengikuti kata hati, Menumpahkan ide yang datang begitu saja seperti ada adegan film dalam otakku yang siap untuk di nyatakan dalam cerita. Aku yakin ini alamiah dariNya. Yang paling penting, kau tahu? Aku mau setiap kata yang tertumpah untuk tulisanku membuat itu berarti. Mungkin untukmu. Tapi lebih kepada untuk mengingatkanku. Agar bisa menjadi bukti-- catatan sejarah -- pertanggungjawabanku padaNya. 

Kau tahu? itulah kenapa pada akhirnya aku melekatkan hati disini. Di dunia literasi. 

--------------
Dari menulis itu...... aku mau terus bertumbuh